Ketika waktu mulai meninggalkan, hanya masa lalu yang hinggap dikepala hingga tak satupun dari mereka yang akan saya biarkan terlepas. Kenangan manis yang telah menemani dimasa lalu janganlah menjadi gula dalam darah. Yang apabila berlebihan akan menjadi penyakit. Biarlah ia menjadi madu dalam diri yang akan mendatangkan kesehatan jikalau sedang rindu akan seseorang yang telah lama berpisah. Masa lalu bukan racun bukan pula wewangian yang tiap saat saya bisa nikmati keharumannya. Adakalanya masa lalu hanya akan melekatkan pada kesedihan yang tak berujung karena sesuatu hal yang telah berlalu. Masa lalu juga bisa membuat saya tetap tegar dikala badai cobaan datang menerpa karena sebuah janji yang telah terpatri dalam sanubari diwaktu lampau. Janji yang mengharuskan saya tetap berada pada jalur yang benar. Janji kepada seseorang yang terkasih. Dan hanya lekang pada saat raga merapat ke ibu pertiwi.
Melihat kembali apa yang sudah terjadi bukan untuk mengambil kesedihan yang telah lama terbuang, akan tetapi mencari tujuan awal yang sebentar lagi pudar di terpa hempasan problematika hidup dalam pikiran. Jangan biarkan pikiran menjadi dewa dalam daging. Yang hanya akan menjerat pada lilitan keresahan dan kecemasan. Kembalikan semuanya kepada Tuhan. Kepada dimana saya berasal dan tercipta sebagai khalifah dimuka bumi. Kepada asal muasal terlahirnya saya sebagai golongan manusia yang seharusnya beradap. Apalah arti saya dimata Tuhan jika bukan sebagai hamba yang seharusnya taat. Bukan seperti pikiran yang digambarkan oleh alam “secret” yang imajiner. Akan tetapi sebuah alam yang benar-benar ada untuk saya nikmati, bukan hanya ketika hidup tetapi sampai pada ketika saya dihidupkan kembali. Apa yang telah digambarkan oleh Kitab Suci sejak jaman Nabi Daud hingga pada di utusnya Nabi Muhammad SAW. Bahwa hakekat manusia terlahir dimuka bumi adalah sebagai khalifah yang membawa ajaran langit, sebuah perintah untuk bersujud kepada sang Khalik. Bukan sebagai pemuja alam pikiran yang tak pernah berhenti meminta apa yang belum pernah mereka syukuri. Kemana lagi saya hendak berangkat ketika matahari terbit di ufuk barat, gunung berterbangan dan lautan mengamuk hingga dengungan terompet sangkakala terdengar merdu ditelinga. Kemana semua orang yang telah dengan berani mengingkari kuasa Tuhan. Hanya Ia yang tahu. Masa lalu akan sangat begitu berarti ketika sekarang saya bahagia. Akan saya jadikan hari ini, untuk kelak menjadi bagian masa lalu, yang pernah memberi sebuah hal yang tidak akan terlupakan oleh manusia apalagi Tuhan! Sebagai sesuatu yang patut dikenang ketika saya berpaling. Merasakan diri ini sebagai manusia yang benar-benar lahir untuk menjalankan perintahNya. Warnai hidup dengan goresan kasih sayang dan kecintaan kepada setiap mahluk ciptaanNya. Sesungguhnya dalam setiap kalimat, “Dengan Menyebut Nama Allah Yang Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang” yang terucap dari bibir ini, dapat menjadi gambaran nyata, bahwa Kasih Tuhan tiada batas. Tidak terbatas oleh ruang dan waktu, oleh langit dan bumi karena semuanya memang berasal dariNya dan akan kembali kepadaNya.
Anda bagaimana?
0 comments:
Post a Comment